Pewarisan Sifat
A. Konsep Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat
adalah mekanisme di mana karakteristik atau sifat-sifat tertentu dapat
diturunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya dalam suatu populasi.
Proses ini terjadi baik pada makhluk hidup maupun pada manusia.
Pada makhluk
hidup, pewarisan sifat terjadi melalui mekanisme reproduksi seksual. Dalam
reproduksi seksual, setiap individu mewarisi setengah dari genom atau kumpulan
genetiknya dari masing-masing orang tua. Genom ini mengandung
instruksi-instruksi yang mengatur penampilan fisik, perilaku, dan karakteristik
lain dari individu tersebut.
Mekanisme dasar
pewarisan sifat pada manusia dan makhluk hidup lainnya adalah melalui kromosom.
Kromosom adalah struktur yang terdapat di dalam inti sel dan mengandung DNA
atau materi genetik. Gen adalah bagian kecil dari DNA yang mengandung
instruksi-instruksi spesifik untuk menghasilkan protein tertentu.
Selain itu terdapat juga alel yang merupakan pasangan gen yang mengontrol sifat tertentu. Pasangan gen Misalnya, gen untuk warna rambut dapat memiliki alel untuk rambut hitam dan alel untuk rambut pirang. Ketika individu mewarisi alel tertentu dari orang tua mereka, hal ini akan mempengaruhi penampilan fisik mereka.
Pada manusia, pewarisan sifat juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Misalnya, makanan yang dikonsumsi, paparan zat kimia, atau gaya hidup dapat mempengaruhi ekspresi gen dan akhirnya mempengaruhi penampilan fisik atau risiko penyakit.
Studi tentang pewarisan sifat pada manusia telah menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sifat-sifat tertentu diturunkan dalam populasi. Penelitian ini telah membantu dalam diagnosis penyakit genetik, pengembangan terapi genetik, dan pemahaman tentang keragaman manusia.
B. Istilah Dalam Pewarisan Sifat
Hereditas adalah
pewarisan sifat
Genetika adalah ilmu
yang mempelajari pola pewarisan sifat pada makhluk hidup
Lokus adalah letak gen pada kromosom.
Gamet adalah gen yang terdapat pada kromosom yang akan diwariskan
Alel adalah pasangan gen $(variasi\,alternatif \,dari\,gen)$ yang mengontrol suatu sifat tertentu atau yang mewakili sifat yang akan diwariskan
Sifat dominan
adalah sifat yang akan muncul jika gen yang membawanya hadir dalam genom
individu atau sifat yang cenderung menang.
Sifat resesif
adalah sifat hanya akan muncul jika gen yang membawanya hadir dalam dua
salinan atau sifat yang cenderung kalah.
Homozigot adalah dua alel yang sama yang terdapat pada satu lokus yang dapat bersifat homozigot dominan atau homozigot resesif.
Heterozigot
adalah dua alel yang berbeda yang terdapat pada satu lokus.
Fenotipe adalah
sifat penampilan fisik yang dapat diamati.
Genotipe adalah jenis
gen yang mengendalikan/menentukan sifat fisik.
Monohibrid adalah persilangan antara individu sejenis yang memiliki satu sifat pembeda.
Dihibrid adalah persilangan antara individu sejenis yang memiliki dua sifat pembeda.
C. Persilangan Monohibrid dan Hukum Segregasi Mendel
Persilangan
monohibrid adalah persilangan antara individu sejenis yang memiliki satu sifat
pembeda. Contohnya bunga mawar berbunga merah $(MM)$ dikawinkan dengan bunga
mawar berbunga putih $(mm)$, dalam hal ini bentuk batang, daun, akar, warna batang
dan daun sama, sehingga yang membedakan hanya warna bunga saja. Situasi ini
disebut dengan satu sifat beda.
Berikut ini diagram
persilangan mawar merah dan mawar putih!
Parental 1 $(P1)$ : MM x mm
merah putih
Gamet $(alel)$ : M m
Generasi ke-1 $(F1)$ : Mm $(Heterozigot)$
100%
merah
Parental 2 $(P2)$ : F1 x F1
Mm x Mm
Gamet : M M
m m
Generasi ke-2 $(F2)$ :
Dapat disimpulkan bahwa dari tabel (F2), fenotipe berwarna merah ada sebanyak 3 dan fenotipe berwarna putih ada sebanyak 1. Dengan demikian perbandingan fenotipe merah : putih = 3 : 1.
Selain itu, genotipe penentu warna ada tiga variasi yaitu (MM), (Mm), dan (mm). Perbandingan genotipenya yaitu (MM) : (Mm) : (mm) = 1 : 2 : 1.
Jika kita memperhatikan pembentukan gamet dari tanaman heterozigot (F1), ternyata terjadi pemisahan alel dari pasangannya, sehingga ada gamet dari alel M dan ada gamet dari Alel m. Ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki sepasang alel untuk setiap sifat yang diwarisi, dan ketika mereka bereproduksi, alel-alel tersebut dipisahkan dan hanya satu alel dari setiap pasangan yang diwariskan kepada keturunannya.
Situasi inilah yang disebut oleh Mendel sebagai hukum I Mendel $(hukum\;segregasi\;bebas)$ yang menyatakan bahwa "ketika dua individu yang heterozigot $(memiliki\;dua\;alel\;yang\;berbeda)$ saling silang, alel-alel tersebut dapat bergabung secara acak dan diwariskan secara independen kepada keturunannya". Artinya, sifat-sifat yang diwarisi tidak saling mempengaruhi satu sama lain saat pewarisan terjadi.
Akan tetapi ada penyimpangan terhadap genetika mendel. Hal ini terlihat pada kasus bunga pukul empat $(Mirabilis\,jalapa)$ berwarna merah $(MM)$ disilangkan dengan mirabilis jalapa berwarna putih $(mm)$ menghasilkan (F1) merah muda (Mm). Sehingga jika dikawin silangkan sesama (F1) akan diperoleh fenotipe bunga berwarna merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Persilangan ini disebut dengan (intermediet) yang artinya alel M tidak bersifat dominan terhadap m, sehingga dihasilkanlah keturunan dengan sifat fenotipe warna merah muda.
Berikut ini diagram persilangan mirabilis jalapa bunga merah dan mirabilis jalapa bunga putih!
Parental 1 $(P1)$ : MM x mm
merah putih
Gamet $(alel)$ : M m
Generasi ke-1 $(F1)$ : Mm $(Heterozigot)$
100% merah muda
Parental 2 $(P2)$ : F1 x F1
Mm x Mm
Gamet : M M
m m
Generasi ke-2 $(F2)$ :
Dapat disimpulkan bahwa dari tabel (F2), fenotipe berwarna merah ada sebanyak 1, fenotipe berwarna merah muda 2, dan fenotipe berwarna putih ada sebanyak 1. Dengan demikian perbandingan fenotipe merah : merah muda : putih = 1: 2 : 1.
Selain itu, genotipe penentu warna ada tiga variasi yaitu (MM), (Mm), dan (mm). Perbandingan genotipenya yaitu (MM) : (Mm) : (mm) = 1 : 2 : 1.
Post a Comment for "Pewarisan Sifat"